طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim
Abu Musa mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, “Perumpamaan apa yang diutuskan Allah kepadaku yakni petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan lebat yang mengenai tanah. Dari tanah itu ada yang gembur yang dapat menerima air (dan dalam riwayat yang mu’allaq disebutkan bahwa di antaranya ada bagian yang dapat menerima air), lalu tumbuhlah rerumputan yang banyak. Daripadanya ada yang keras dapat menahan air dan dengannya Allah memberi kemanfaatan kepada manusia lalu mereka minum, menyiram, dan bertani. Air hujan itu mengenai kelompok lain yaitu tanah licin, tidak dapat menahan air dan tidak dapat menumbuhkan rumput. Demikian itu perumpamaan orang yang pandai tentang agama Allah dan apa yang diutuskan kepadaku bermanfaat baginya. Ia pandai dan mengajar. Juga perumpamaan orang yang tidak menghiraukan hal itu, dan ia tidak mau menerima petunjuk Allah yang saya diutus dengannya.” (Bukhari)
Sebagai sunnah Rasulullah, menuntut ilmu merupakan sebuah keharusan, bukan hanya wujud dari ketaatan kita kepada Rasul Anbiya’, akan tetapi juga sebagai pedoman kita dalam melakukan sesuatu, dengan Al-Qur’an sebagai sumber yang utama. Allah Swt berfirman melalui AL-qur’an.
"Artinya : Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu. Tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikitpun kepadamu. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu." [An Nisaa` : 113].
Dari ayat ini menuntut kita untuk berfikir terhadap apa yang ada disekitar kita, sebab sekecil apapun ia merupakan hal besar yang ikut andil dalam rantai kehidupan, misalnya saja cacing, yang bertugas menjaga kesuburan tanah, andai saja komunitas cacing didunia ini merosot 30 % saja tak ayal akan terganggu rantai kehidupan. Pasalnya, selain dapat menjaga kesuburan tanah, cacing juga bermanfat bagi yang lain. Cacing tanah mampu melakukan penggalian lubang, hingga kedalaman satu meter, sehingga dapat meresapkan air dalam volume yang lebih besar, serta mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah. Dengan begitu selain mencegah erosi, cacing tanah juga mampu meningkatkan air tanah. Ungkap Richar (1978) dalam bukunya “Introduction to the soil ecosystem”.
Hadis sebagai pedoman kedua setelah AL-qur’an menerangkan kepada kita. Tuntutlah ilmu walau kenegeri cina. اطْلُبُوْا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ “Carilah ilmu sekalipun di negeri Cina”. Hadits ini telah disepakati oleh para ulama Ahli Hadits, bahwa hadits ini adalah bathil, menurut Ibnul Jauzi mencantumkan hadits ini dalam al-Maudhu’at (1/215) dan berkata, “Ibnu Hibban berkata: “Hadits bathil, tidak ada asalnya.” Dan disetujui as-Sakhawi. Kesimpulannya, hadits ini adalah hadits batil, dan tidak ada jalan lain yang menguatkannya. Meski begitu, ada makna apa yang dapat kita ambil dari hadits ini.
Dari kedua pedoman tersebut ada dua hal yang mesti kita lakukan, pertama adalah berfikir, atau perenungan. Kedua, adalah melakukan pengembaraan. Pengembaraan disini bisa kita cermin dari hadist tadi, yaitu menuntut ilmu hingga kenegeri cina, kita sendiri tahu cina merupakan negeri gudangnya ilmu seperti, sastra, tekhnologi, obat2an, perdagangan, tak ketinggalan hikmah dari keteguhan minoritas kaum muslim di cina yang teguh mengemban amanah agama islam ditengah-tengah agama mayoritas, seperti yang di ceritakan Ma yan, seorang gadis desa asal zhangjiashu, sewaktu musim salju berlangsung, dia harus berjalan puluhan kilometer antara sekolah dengan rumah, dengan tetap menahan lelah dan lapar di Bulan ramadhan, disekolah teman-temannya yang beragama lain, menikmati sup hangat dengan pir, bahkan katanya, hanya dia, adiknya dan bibinya yang memilih berpuasa sementara yang lain lebih memilih tidak berpuasa, dia menyibukkan diri dengan terus belajar atau membersihkan asrama. Ucap Ma Yan dalam bukunya “ The Diari Of Ma Yan”. Agama islam di china, pada umumnya dianut oleh sebagian besar suku han, yg menjadi mayoritas islam diantara suku lain, maksudnya suku lain ada juga yang beragama islam tetapi hanya sebagian kecil. dan Ma Yan selalu berusaha keras untuk dapat menuntut ilmu dan menjaga akidah-akidah agama yang diajarkan oleh seorang iman tua, satu-satunya yang ada di sana, selain dari segi agama ada hal lain yang menarik dari china, bukan saja menarik tetapi juga sangat berpengaruh dalam kemajuan sebuah negara terutama cina masa itu, yaitu "Ts'ai Lun" nama itu begitu populer dan penting, ia adalah seorang Pegawai Negeri pada pengadilan kerajaan masa kaisar Ho Ti, kenapa namanya disebut-disebut sebagai pembawa pengaruh juga populer, adalah di tahun 105 M, ia mempersembahkan contoh kertas pada kaisar Ho Ti, betapa pentingnya kehadiran Ts'ai Lun bagi kemanusiaan, betapa kita saat ini membutuhkan kertas, tanpa kertas mungkinkah kita terus menggunakan, kulit kambing atau papyrus yang harganya tinggi itu, atau sibuk mengaduk-ngaduk bambu sebagai bahan utama kertas, tentu saja bukan itu yang akan kita lakukan, dan Ts'ai Lun telah memudahkan kita dengan penemuaannya yang membuat ia berada pada urutan ketujuh, dalam buku " Seratus Tokoh Yang Berpengaruh dalam Sejarah". Dengan adanya kertas kita lebih mudah beramboi-amboi kata tanpa takut akan lupa. di Eropa Hadirlah seorang tokoh hebat dengan namanya Johan Gutemberg, dia adalah seorang penemu mesin cetak, dengan angka bergerak, yang membuat eropa atau barat maju satu langkah dari cina yang masih menggunakan cetak blok pada kertas meski kehebatan Ts'ai Lun belum juga tertandingi oleh Gutember, sebab orang Barat atau Eropa lebih belajar membuat kertas dari orang Arab yang berhasil menawan orang cina, sehingga meluaslah pembuatan kertas, ini benar-benar memudahkan khlayak ramai dalam hal penggunaan material tulisan.
Terang saja betapa luasnya ilmu Allah tersebut, tetapi Dia, tidak selalu membebankan hambanya dengan berupa-rupa kesulitan, melainkan Ia memberikan kemudahan dengan hadirnya ilmu di tanah pertiwi ini, tak semua dari kita yang mampu untuk menuntut ilmu kenegeri cina, disebabkan dengan beragamnya keterbatasan. Akan tetapi bukan itu yang akan kita lanjutkan pembahasannya. Melainkan bagaimana caranya untuk kita dapat menuntut ilmu dengan menanggalkan semua keterbatasan itu. Ada sebuah kisah tentang sorang gadis, dia adalah gadis miskin dengan keterbatasan yang luar biasa, dia tak menarik juga tak bermanfaat jika dijadikan teman, dan hidupnyapun kocar-kacir karena keterbatasan itu sendiri. Meski begitu, ada sesuatu hal yang menarik pikirannya selama ini, dengan sedikit keyakinan mulailah ia mencari tahu apa sebenarnya yang sedang terjadi, 3 tahun belajar di Aliyah, tak membuahkan kuliah baginya, dia penyendiri dan perenung, sementara teman-temannya bercakap-cakap tentang pembaharuan di dalam ruang rapat organisasi sekolah, ia malah pergi menjauhi keramaian, duduk menyendiri diteras depan sekolah, mengabaikan orang-orang yang lalu lalang, apa yang ia lakukan???? Tenanglah akan segera aku jelaskan.
Dia menyendiri bukan berarti sendiri, dia ditemani oleh kawan setianya yang selalu ada terutama saat ia terpuruk menahan sakit, yaitu, kertas dan tinta, disanalah, bersama kawan-kawannya ia bercakap-cakap dengan dirinya, tentang alam terbuka yang begitu memukau mata dan hati, sambil memandangi alam yang hening menatap dirinya. Hari perhari mulailah ia menulis, dia fikir dengan begitulah ia dapat menuangkan hasil pemikirannya, dengan begitulah ia dapat terus belajar dan belajar.
Cara yang ia tempuh ini memanglah berbeda dengan yang dilakukan teman-temannya, meskipun tak kuliah seperti halnya teman sebayanya, ia optimis dapat terus belajar, baginya belajar tak hanya di bangku perndidikan, alam yang luas ini merupakan guru sekaligus teman baginya, jadilah ia penyendiri tulen dan terus belajar.
Tentang hadis Bathil yang menganjurkan untuk menuntut ilmu kenegeri cina, ia berniat untuk mengamalkannya, bukan karena ingin mengingkari hadits yang lebih shahih, tentu saja bukan itu, melainkan ingin menambah wawasan dan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu, baginya juga bagi kita semua ilmu itu tak terbatas, juga tak terhitung, boleh saja kita memanfaatkan tekhnologi bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan fasilitas yang ada, pergilah ia mengembara, dengan bekal kekhawatiran keluarga dan kelambanannya, ia bergerak maju menyeberangi lautan kebodohan, menghantam ombak ketakutan dan menggulung angin cercaan, semua adalah demi ilmu, demi meneruskan impiannya menuntut ilmu. Pengembaraan yang ia lakukan bukanlah pengembaraan dengan kapal laut atau kapal terbang, yang mengangkut umat manusia untuk berpindah dari satu tempat ketempat lain, tentu saja bukan itu, hal itu terjadi tak lain karena keterbatasan yang ia miliki. Ia mengembara menyeberangi laut cina selatan dengan memanfaatkan indra penglihatan dan pendengaran, ia saring informasi yang ada di televise dan internet untuk menjadi catatan keilmuannya.
Ya..itulah cara terbaik yang ia tempuh untuk belajar, dia tetap dinagarinya, namun pikiran dan mata mengembara kenegeri cina, maupun asia lain, dengan sedikit uang ia sisihkan untuk membeli buku bacaan, yang bernuansa sejarah, sastra, petualangan dan juga penemuan. Orang-orang bisa saja menganggap ia bodoh tak berkelas, ia akui itu, namun orang2 tak bisa menghalanginya untuk terus menuntut ilmu.
Dari kisah ini betapa terlecutnya saya waktu itu, saya yang juga tak mampu ini ingin segera melepas mitos menuntut ilmu harus di bangku pendidikan, tanpa saya berfikir ada cara lain untuk menuntut ilmu. Cara ini saya rasa sering terlintas dibenak orang-orang, tetapi yang benar-benar konsisten dalam melakukannya hanya beberapa saja, salah satunya saya ingin itu adalah saya.
Ma’syiral Mukminin Rahimakumullah
Menuntut ilmu, adalah lebih baik dibangku pendidikan, sebab kita akan mendapatkan sebuah title yang bisa digunakan untuk mencari pekerjaan atau cap resmi untuk melepaskan cercaan perlakuan buruk orang-orang, itu bisa saja, tetapi tidak bagi tokoh yang saya ceritakan tadi, baginya menuntut ilmu bukanlah semata untuk mencari pekerjaan, seorang penulis Rubaiyat terkenal telah mempraktikkannya dengan baik, yaitu Ummar Khayyam, penulis Rubaiyat termashur sepanjang sejarah “Naskah Samarkhan” atau di Indonesia lebih dikenal dengan “Rubaiyat Omar Khayyam”, naskah ini pernah tenggelam bersamaan dengan tenggelamnya kapal titanic, di lemari besi berisi kalung yang diceritakan di film titanic versi amerika, sebenarnya berisi sebuah naskah popular yaitu “Naskah Samarkhan”. Yang mana Omar selalu mengembara dari satu tempat ketempat lainnya dibelahan asia, hingga bertemu atau bisa dikatakan berteman dengan Hassan Sabbah, ketua sekte pembunuh terkejam sepanjang sejarah, lebih hebat dan lihai dari pada Adolf Hitler sang nazi dari Germany, Hassan Sabbah adalah Penguasa Benteng Alamut, yang bosan membunuh para arsitokrat dan siapa yang menentangnya, mencari Khayyam untuk menenangkan hatinya, karena tak satupun orang di sektenya bersikap seperti Khayyam, yang dihormati Hassan, pertemuan mereka membuahkan pekerjaan bagi Hassan, pekerjaan sebagai mata-mata yang sebenarnya diperuntukkan kepada Kayyam, dari sanalah ia belajar sebagai mata-mata dan pembunuh berdarah dingin yang siap mati ditempat setelah selesai mengerjakan tugasnya ini lebih cocok dipanggil dengan teroris.
Manut dan patuh itulah sikap utama warga alamut, meski sempat bertemu dengan Nizamul Mulk dan di iming-imingi jabatan istimewa, Omar menolaknya, omar lebih memilih menjadi astronom dan mengamati bintang-bintang dengan observatorium yang dibuat Nizamul Mulk untuk dirinya, disanalah ia melahirkan ilmu-ilmu baru perbintangan. Lebih dari itu, makna menuntut ilmu diambil dari kisah gadis tadi adalah penghayatan terhadap keAgungan Allah, Penciptaan alam dan juga seisinya. Hal ini bisa saja berbeda bagi orang lain, karena dengan berkembangnya ilmu berkembang pula pemikiran, sebab ilmu telah melahirkan berupa-rupa alternatif yang tak lagi memberatkan sebelum adanya ilmu tersebut. Dengan keberkembangnya ilmu, berkembang pula keunikan, dengan keunikan tersebut terciptalah perbedaan-perbedaan yang membuat ilmu itu semakin menarik.
Sebagaiamna halnya Nabi Saw dahulunya, selalu mengajarkan untuk tak putus asa dalam menuntut ilmu, selain ada dosen yang akan menilai kerja kita, Tuhan selalu pasang mata, ontime 24 jam, nonstop bagi umatnya yang tak lelah dalam berusaha, hal inilah yang selalu diajarkan oleh Rasulullah Saw kepada umatnya. Lalu bagaiman dengan orang-orang yang mempu untuk melakukan pengembaraan kenegeri cina dengan sebenar-benarnya atau orang-orang yang mampu menuntut ilmu di bangku pendidikan, ia sangatlah beruntung sebab akan selalu ada yang membina dan mengarahkan. Bersyukurlah mereka yang dianugerahi kekayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar